Kehilangan
merupakan bagian dari fitrah manusia yang bisa membuat perubahan dalam kehidupan
kita. Arti kehilangan bisa berupa kesedihan dan penderitaan atau tempaan atas
kualitas ketabahan dan kesiapan diri. Rasa kehilangan merupakan bagian dari
rasa memiliki karena adanya keterikatan atas sesuatu atau seseorang. Kehilangan
menunjukkan rasa yang tidak sepenuhnya utuh, merasa kurang tanpa hadirnya
sesuatu atau seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering bersentuhan
dengan rasa kehilangan. Kehilangan akan benda, jiwa, perasaan, harga diri dan
suasana, kehilangan sosok seseorang, kehilangan kesempatan atau peluang bahkan
takut kehilangan.
Kehilangan pernah dialami
siapa saja, terlepas dari perbedaan hal yang hilang, reaksi atas kehilangan,
cara menyikapi, mengatasi dan mengartikan kehilangan, serta dampak yang
ditimbulkannya. Kehilangan sebuah benda yang berharga bisa berarti petaka bagi sebagian
orang, dan kehilangan
sosok seseorang bisa berarti derita bagi kita. Di atas semua itu,
kehilangan sesuatu atau seseorang bisa menyebabkan kehilangan harapan dan
kesadaran akan conscience (suara hati), sehingga arti kehilangan bisa mengubah
persepsi seseorang atas kehidupan. Tidak
sedikit orang yang membentuk arti dan persepsi kehilangan sebagai penderitaan
dan larut di dalamnya, menjadi kehilangan kepercayaan dan kebermaknaan hidup.
Mengapa kita merasa kehilangan?
Kehilangan tumbuh dalam benak
dan perasaan kita karena adanya arti berikut ini, yang seringkali kita sadari
setelah kehilangan itu terjadi.
Pertama, kita
merasa kehilangan karena sesuatu atau seseorang
yang hilang itu sangat berharga dan berarti untuk kita. Kita seringkali
merasa terlambat menyadari atau bahkan baru menyadari betapa berharganya
sesuatu dan betapa berartinya seseorang untuk kita setelah semua itu hilang,
sehingga kita merasa kehilangan dan merasakan arti kehilangan sebagai adanya
kekurangan, kekosongan, atau kehampaan tanpa kehadiran yang hilang tersebut.
Kedua, kita
merasa kehilangan karena kita menyadari
bahwa kita membutuhkan yang hilang itu. Intensitas kebersamaan dan
kedekatan membuat kita terbiasa dan merasa biasa. Namun, ketika yang terbiasa
dan biasa itu tak ada, kita merasa ada yang kurang dan hilang dari kebiasaan
dan keterbiasaan itu. Ini menunjukkan bahwa kita membutuhkan kehadirannya,
keberadaannya, perannya, fungsinya dan kebermanfaatannya untuk kita, sehingga
rasa membutuhkan itu bisa berkembang menjadi mengharapkan yang hilang.
Ketiga, kita
merasa kehilangan karena kita
merasa mencintai dan menyayangi yang hilang itu.
Bagaimanapun berharganya sesuatu bagi orang lain, dan bagaimanapun berartinya
seseorang bagi orang lain, tak akan membuat kita merasa kehilangan ketika kita
tak mencintainya dan menyayanginya atau paling tidak ada empati yang bisa
membuat kita merasa kehilangan. Kehilangan sahabat, teman, keluarga atau orang
terkasih merupakan bentuk kehilangan karena cinta kita kepada mereka. Kedalaman
rasa bisa mengukuhkan arti kehilangan dalam diri dan hati kita, sehingga
kehilangan itu bisa berdampak tidak biasa dan luar biasa bagi hidup dan hati
seseorang.
Biasanya reaksi awal karena
kehilangan ditunjukkan dengan bersedih, menangis, kesal, marah atau menyalahkan
diri karena merasa menyia-nyiakan yang hilang tersebut. Reaksi ini bisa
berlanjut hingga membuat kita larut, terbenam dan karam dalam rasa kehilangan
itu. Bila ini reaksi kita, maka boleh jadi kita kan kehilangan kebermaknaan dan
kepercayaan akan diri, hidup dan Pemilik Kehidupan. Ada pula orang yang mampu
mengatasinya dengan menunjukkan reaksi yang wajar karena ia meyakini kekuatan
Tuhan. Arti kehilangan bagi orang-orang seperti ini adalah ujian sekaligus
perubahan dalam kehidupan, bukan kesedihan semata. Orang-orang seperti inilah
yang dikategorikan sebagai pembelajar kehidupan, memiliki kemampuan untuk
melihat dan memahami hikmah di balik masalah, melihat sisi kemudahan dalam
kesulitan dan menjadikan kegagalan sebagai batu loncatan untuk melangkah lebih
maju.
Sumber : Nia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar